BinjaiNews – Kantor AC Milan digerebek Guardia di Finanza atau polisi keuangan Italia pada Selasa (12/3/2024).
Otoritas menyelidiki kemungkinan pemalsuan dokumen atau pengaburan fakta soal pengambilalihan klub raksasa Liga Italia tersebut.
Ada dugaan Milan masih dikuasai Elliott Management, entitas yang menjual kepemilikan mereka kepada sesama firma keuangan asal Amerika Serikat, RedBird Capital Partners.
Pada musim panas 2022, Redbird mengakuisisi saham mayoritas Milan sebesar 1,2 miliar euro dari Elliott.
Gerry Cardinale dkk menguasai 99,93 persen kepemilikan, sedangkan sisa 0,07 persen terbagi untuk beberapa pemilik saham minor.
Namun, Kejaksaan menduga Elliott masih memiliki kendali penuh atas kebijakan klub.
Akibatnya, muncul kecurigaan proses akuisisi mereka dua tahun lalu adalah transaksi ilegal karena dipalsukan kepada FIGC.
Polisi menyita dokumen-dokumen dan peralatan komputer dari kantor AC Milan dan menginvestigasi dua individu yang dicurigai terkait langsung dalam kasus ini.
Mereka ialah mantan CEO Rossoneri, Ivan Gazidis, dan CEO sekarang, Giorgio Furlani.
Keduanya diduga menghalangi proses penyelidikan ini dengan dakwaan sementara ‘menghalangi pelaksanaan fungsi publik dari otoritas pengawas.’
Kasus ini berpotensi membawa AC Milan ke jenjang pemberian sanksi ringan sampai berat.
Aturan yang mungkin dilanggar mencakup pasal soal penerbitan lisensi kepemilikan klub, penyampaian informasi, hingga loyalitas dan kejujuran dalam berkompetisi.
Sanksi yang berpotensi dijatuhkan FIGC dapat berupa denda sampai pengurangan angka di klasemen Liga Italia.
Hukuman pemotongan angka juga dialami Juventus tahun lalu ketika divonis melakukan pelanggaran laporan keuangan.
Bianconeri kehilangan 15 poin di klasemen 2022-2023, sebelum direvisi menjadi 10 setelah melakukan banding, serta dilarang tampil di kompetisi antarklub Eropa.
Sanksi yang disebut terakhir bisa juga dijatuhkan buat AC Milan oleh UEFA.
Hal ini lantaran adanya potensi pelanggaran soal kepemilikan dobel Elliott terhadap Milan dan klub Prancis, Lille.
Kondisi adanya dua klub atau lebih yang dimiliki perusahaan/entitas yang sama dikhawatirkan bakal mencederai integritas kompetisi.
Sanksi tersebut berkaitan dengan dua pasal tambahan yang mungkin dilanggar Rossoneri dalam regulasi UEFA.
Pasal pertama soal kepemilikan klub mungkin sangat kecil mendatangkan risiko karena Milan dan Lille tidak berkompetisi dalam ajang yang sama di level Eropa.
Akan tetapi, sanksi berat bisa tetap mereka dapatkan tergantung isi laporan FIGC mengenai pasal kedua soal transparansi dalam prosedur kompetisi UEFA.
“Kalau Milan terbukti berbohong, menyembunyikan kepemilikan tidak sesuai dengan laporan yang mereka nyatakan, klub bisa dihukum dengan pencoretan dari kompetisi UEFA, sanksi finansial, atau kesepakatan dengan UEFA,” ujar Angelo Cascella, pengacara dan pakar hukum olahraga yang juga mantan anggota Pengadilan Arbitrase Olahraga Eropa.
Maksud kesepakatan sanksi dengan UEFA bisa berupa pelarangan merekrut pemain di bursa (embargo transfer) atau pembatasan pengeluaran klub.
“Bagaimanapun, ini hanya tahap awal. Semuanya masih harus dilihat, diverifikasi,” katanya.
Kalau ditotal dari semua potensi pelanggaran di atas, artinya Milan berpotensi mencederai lima pasal sekaligus.
Pihak Elliott dan RedBird sudah mengeluarkan pernyataan resmi mengenai isu kepemilikan ilegal tersebut.
Mereka kompak mengonfirmasi bahwa segala tudingan itu tidak benar.
“AC Milan telah dijual kepada RedBird pada 31 Agustus 2022. Sejak tanggal itu, Elliott tak memiliki kepentingan atau kendali apa pun atas AC Milan,” bunyi pernyataan Elliott Management, Selasa (12/3/2024).
RedBird menyusul memberikan keterangan sehari kemudian.
“Ide bahwa RedBird tidak mengontrol AC Milan sepenuhnya salah dan bertentangan dengan semua bukti serta fakta,” begitu keterangan resmi mereka.
“Tak ada diskusi yang sedang berjalan saat ini dengan investor mana pun yang dapat mengambil kendali atas klub.”
“RedBird adalah pemilik yang mengendalikan AC Milan dan akan tetap demikian,” lanjutnya.