BinjaiNews – “Para pemain tampil dengan mentalitas tegang. Mereka terlalu banyak membuang peluang dan mendapat hukuman. Pelatih Issara Sritaro harus bertanggung jawab. Saya tidak mengerti bagaimana dia bisa memimpin selama bertahun-tahun,” ucap seorang penggemar Thailand setelah timnya kalah 0-1 dari Tajikistan pada 22 April malam.
Kekalahan itulah yang menjadi salah satu faktor Thailand gagal ke perempat final.
Sebetulnya, ada hal sangat menarik dari performa tim muda Gajah Perang itu di turnamen ini.
Thailand menjadi tim yang sepertinya sudah pasti akan meraih tiket perempat final setelah mengalahkan Irak di laga pembuka Grup C dengan skor 2-0.
Akan tetapi, pada laga kedua tim asuhan Issara Sritaro itu tiba-tiba kalah telak dari Arab Saudi dengan skor 0-5.
Kekalahan itu membuat Thailand kehilangan hak menentukan nasib sendiri saat memasuki laga terakhir melawan Tajikistan.
Duel Thailand versus Tajikistan digelar bersamaan dengan laga lain di grupnya, Irak kontra Arab Saudi.
Skuad Thailand bermain sambil memantau situasi pertandingan Irak versus Arab Saudi itu dengan harapan bisa meraih tiket babak delapan besar.
Pada babak pertama, mereka kurang memuaskan dan membuat Tajikistan menguasai bola dengan menciptakan tekanan hebat, untungnya tak kebobolan.
Memasuki babak kedua, setelah mengetahui Irak unggul melawan Arab Saudi, para pemain Thailand terpaksa menaikkan tingkat agresivitas menyerangnya dan menciptakan banyak situasi bagus, tapi gagal.
Timnas U-23 Thailand justru kebobolan gol pada menit tambahan waktu 90+1, sehingga resmi tersingkir dari turnamen di Qatar ini.
“Saya tak mengerti sepak bola seperti apa yang dimainkan Thailand. Mereka berlari dan mengejar bola tanpa tenaga. Mereka terus-menerus kehilangan bola. Penyelesaiannya terlalu buruk,” kecam penggemar lain Thailand.
“Saya tidak melihat jejak taktik pelatih di mana pun. Mereka pantas kalah dalam pertandingan dan tersingkir. Pelatih Issara Sritaro harus dipecat,” kritik penggemar lainnya meluapkan kemarahan.
Ada lagi yang mengkritik dengan kata-kata, “Dalam turnamen ini, Thailand sepertinya hanya bertujuan untuk berpartisipasi, bukan untuk mencapai perempat final. Mereka memiliki keuntungan besar, tetapi kemudian kehilangan diri mereka sendiri.”
Seorang suporter sepak bola Thailand kemudian menyenggol penampilan Timnas U-23 Indonesia sebagai perbandingan.
“Sedih sekali bagi Thailand. Mereka memenangi laga pertama, tapi kemudian kalah dalam dua laga berikutnya berturut-turut. Berbeda sekali dengan Indonesia yang kalah di laga pertama, tapi memenangi dua laga berikutnya hingga masuk perempat final,” kata penggemar itu.
Pada laga pembuka, Timnas U-23 Indonesia kalah 0-2 dari tuan rumah Qatar, itu pun diwarnai dengan kepemimpinan wasit kontroversial.
Namun, pada laga kedua dan ketiga, Indonesia tampil sangat mengejutkan dengan menekuk Australia 1-0 dan menggulung Yordania 4-1.
Pelatih Timnas U-23 Thailand menyerahkan nasibnya kepada federasi.
Namun, dia memiliki alasan kenapa pasukannya kalah dan tersingkir.
“Karena kami tidak memiliki skuad terbaik, Timnas U-23 Thailand mengalami banyak kesulitan berintegrasi karena banyaknya pemain baru dan fisik yang kurang prima. Kami hanya bermain bagus di laga pembuka, tapi setelahnya tidak pulih dengan baik,” jelas Sritaro.
Pelatih berusia 47 tahun itu menambahkan, “Saat bertemu lawan yang kuat, kami menemui banyak masalah. Dalam pertandingan melawan Tajikistan, sangat disayangkan kami memiliki banyak peluang untuk mencetak gol, tapi gagal. Inilah sepak bola, terkadang keadaan tidak sesuai harapan, padahal kami punya banyak ekspektasi.”Pada Piala Asia U-23 2022 di Uzbekistan, Thailand juga gagal ke perempat final.
Namun, saat menjadi tuan rumah pada edisi 2020, Thailand bisa melaju sampai perempat final sebelum dihentikan Arab Saudi 1-0 dengan gol penalti.