BinjaiNews – Kemenangan tersebut menjadi yang pertama kalinya diraih Vinales sejak gelar terakhirnya pada seri Qatar 2021 ketika masih bersama Yamaha.
Pembalap Aprilia tersebut sukses menjadi double winner seri MotoGP Americas 2024 dengan memenangi Sprint dan Race utama.
Sebuah hasil yang sangat signifikan mengingat COTA (Circuit of The Americas) bukan sirkuit yang mudah.
Sirkuit ‘kidal’ ini biasanya menjadi wilayah kekuasaan Marc Marquez. Bahkan sang rekan setim sendiri, Aleix Espargaro, selalu punya riwayat buruk jika balapan di COTA.
Namun, semua itu dipatahkan Vinales dalam rangkaian tiga hari seri Americas. Sejak sesi latihan bebas, aroma kandidat juara memang sudah tercium pada sosok berjuluk Top Gun itu karena mencatatankan waktu lap yang terus-menerus membaik dan luar biasa.
Vinales benar-benar sulit disamai pembalap lain.
Bahkan salah satu pesaing sekaligus korban salipannya, Pedro Acosta (GASGAS Factory Tech3) yang sempat memimpin balapan, pun dibuat terkesima.
“Tidak ada yang bisa menyentuh Vinales. Kecepatan dia sungguh ada di dimensi lain,” kata Acosta setelah balapan.
Satu hal yang membuat kemenangan Vinales di Americas berkesan adalah cara dia comeback.
Start dari pole position, pembalap 29 tahun itu sebenarnya sempat tercecer dan melorot ke posisi ke-11 akibat hampir tersenggol Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) yang nyaris berkontak dengan Jorge Martin (Prima Pramac).
Namun siapa sangka, turun drastis keluar 10 besar justru membuat bakat dan manajemen ban Vinales yang ajaib itu keluar.
Dia perlahan menyalip satu per satu pembalap di depannya sampai pada akhirnya sukses merebut posisi pertama setelah Marc Marquez apes karena crash. Jack Miller, Enea Bastianini, Fabio Di Giannantonio, Jorge Martin, Francesco Bagnaia, Pedro Acosta adalah beberapa yang ia salip.
“Saya tidak tahu berapa orang yang saya salip hari ini,” kata Vinales di parc ferme.
Sepanjang paruh akhir balapan, komentator MotoGP sempat memuji Vinales yang entah bagaimana secara ajaib tetap mampu membukukan lap tercepat hingga mencetak rekor baru 2 menit 2,575 detik pada lap ke-14 di COTA ketika ban para pembalap lain sudah habis.
Dituturkan Vinales, semua itu buah dari kerja keras tim sepanjang tahun lalu untuk mengupayakan bobot yang tepat bagi motor. Tak lupa, kebijkasanaannya mengelola ban dengan baik juga jadi kunci utama.
“Saya tidak perlu banyak berpikir lagi, saya sudah terbawa arus dengan motornya. Saya juga mengerti seberapa besar saya bisa menyerang. Seberapa besar yang bisa saya tuntut dari motornya.”
“Itu sangat penting. Prinsipnya, saya sudah bisa mendapatkan hasil maksimal dari motornya. Terima kasih kepada para teknisi Aprilia yang telah menemukan keseimbangan yang sangat baik (pada motornya),” tandasnya.
Vinales juga tak mau menggebu-gebu di awal lap-lap balapan. Dan ketika memimpin dengan selisih yang sudah unggul jauh, dia juga tak tergoda untuk memacu RS-GP Aprilia-nya dengan lebih keras.
“Jika Anda menyerang lebih keras dalam satu lap, Anda dapat merusak ban,” jelasnya.
“Ketika saya melihat keunggulan 1,7 detik, saya menjadi tenang karena tidak masuk akal kalau saya menambah keunggulan dan malah merusak ban dalam prosesnya.”
“Musim ini akan jadi balapan yang panjang, Anda harus memahami dengan tepat di mana dan kapan Anda harus menyerang,” tukasnya.