BinjaiNews – Walau selalu berusaha untuk tetap optimistis dan menghargai kerja keras Yamaha yang mulai mengadopsi cara kerja pabrikan Eropa, kekecewaan tetap tidak bisa ditutup Quartararo.
Terutama setelah seri perdana di Qatar lalu yang berakhir sangat mengecewakan.
Quartararo hanya bisa puas berakhir finis di posisi ke-11 dengan selisih waktu tertinggal sampai 17 detik lebih lambat dari sang juara Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo).
Sebuah hasil yang amat miris bila mengingat fakta bahwa Yamaha sejatinya menjadi pabrikan tersukses di Sirkuit Lusail.
Terlebih, Quartararo sendiri juga pernah menang di sana pada tahun kesuksesannya di musim 2021.
El Diablo pun tidak menampik bahwa ada jarak yang semakin lebar antara timnya dengan pabrikan Eropa.
Bahkan ia tak sungkan menyebut bahwa situasi Honda malah lebih baik dari Yamaha walau kini sama-sama sedang terpuruk sebagai sesama tim pabrikan Jepang.
“Kami berhasil melakukan beberapa perbaikan tetapi rival kami bahkan lebih unggul.”
“Ini berarti kesenjangan yang memisahkan kami dari pabrikan Eropa semakin lebar. Bahkan Honda, yang sedang mengalami kesulitan juga, tampaknya mempunyai keunggulan dibandingkan kami,” ujar Juara Dunia 2021 itu.
“Kami merasa seolah-olah kami berpartisipasi dalam kejuaraan terpisah hanya antara pembalap Yamaha dan Honda saja,” tandasnya.
Quartararo juga menyoroti kemunduran yang dialami Yamaha, yang sampai saat ini masih mengundang tanda tanya. Di manakah pabrikan Iwata itu mulai tertinggal.
Sebab di aspek yang sebelumnya adalah kekuatan M1, kini juga perlahan dirasakan jadi sebuah kelemahan oleh Quartararo.
“Tikungan-tikungan di mana kami berakselerasi dalam waktu lama, yang merupakan kekuatan kami di tahun 2021, kini terbukti jadi kelemahan kami,” kata El Diablo.
“Kami benar-benar bertanya-tanya apa yang kami lewatkan di bagian ini,” ujar dia.
Kesenjangan yang kian lebar di Yamaha dengan pabrikan lain membuat masa depan Fabio Quartararo yang kontraknya habis di akhir musim 2024 ini, mulai dipertanyakan.
Sudah beredar rumor bahwa mungkin dia akan meninggalkan Yamaha untuk beralih ke Aprilia yang lebih menjanjikan jika pabrikan berlogo garpu tala benar-benar tak mampu memenuhi kewajiban mereka dalam menyediakan motor kompetitif.