BinjaiNews – Menurut Jimmy Napitupulu keputusan yang dikeluarkan oleh wasit asal China itu sudah tepat.
Masyarakat Indonesia sangat kesal dengan kepemimpinan Shen Yinhao yang dinilai sangat merugikan tim Merah Putih.
Shen Yinhao menganulir gol Muhammad Ferarri, memberikan kartu merah kepada Rizky Ridho, dan tidak menunjuk titik putih usai Witan Sulaeman dilanggar.
Ia mengatakan bahwa ada beberapa poin yang diambil Shen Yinhao sebelum ia mengusir kapten timnas U-23 Indonesia itu dari lapangan.
Rizky Ridho mendapatkan kartu merah usai dinilai melakukan pelanggaran keras kepada kapten Uzbekistan, Jasurbek Jaloliddinov, pada menit ke-82.
Semula, Rizky Ridho ingin menyapu bola yang berada di pertahanan timnas U-23 Indonesia.
Kaki Rizky Ridho ternyata mengenai bagian paha dari Jasurbek Jaloliddinov.
Pemain bernomer punggung 10 itu merasakan kesakitan hingga wasit harus menghentikan pertandingan.
Wasit VAR asal Thailand Sivakorn Pu-udom langsung meminta Shen Yinhao untuk mengecek rekaman ulang di pinggir lapangan karena ada potensi kartu merah kepada Rizky Ridho.
Setelah mengecek VAR, Shen Yinhao langsung memberikan kartu merah kepada bek Persija Jakarta itu.
“Keputusan wasit menghukum Rizky Ridho dengan kartu merah sudah tepat karena kita perlu melihat poin-poin kontaknya pada saat kakinya straight dan kontak dilakukan dengan stud ketika lawan berada di depannya,” kata Jimmy Napitupulu, Selasa (30/4/2024).
“Rizky Ridho bisa saja menarik atau menekuk kakinya setelah menendang bola.”
“Akan tetapi Rizky Ridho malah melanjutkan tindakannya itu dan sayangnya poin kontaknya ke arah daerah yang cukup sensitif.”
Untuk pelanggaran Witan Sulaeman, Jimmy Napitupulu juga menilai keputusan wasit juga tepat.
Sebab, melihat tayangan ulang dari VAR, tidak ada pelanggaran yang terjadi kepada Witan Sulaeman di dalam kotak penalti Uzbekistan.
Sebelumnya Witan Sulaeman dilanggar oleh bek Uzbekistan Alibek Davronov pada menit ke-30.
Dalam tayangan ulang, pelanggaran itu terjadi di dalam kotak penalti Uzbekistan.
Shen Yinhao langsung memberikan kartu kuning kepada Alibek Davronov.
Ia juga memberikan hadiah tendangan bebas untuk timnas U-23 Indonesia.
Tidak lama kemudian wasit VAR Sivakorn Pu-udom memanggil Shen Yinhao untuk melihat rekaman ulang di pinggir lapangan.
Usai melihat VAR, rupanya tidak ada pelanggaran yang terjadi, tekel dari Alibek Davronov ke Witan Sulaeman bersih mengenai bola.
“Untuk pelanggaran Witan Sulaeman, awalnya wasit Shen Yinhao memutuskan bahwa pemain Uzbekistan telah melakukan pelanggaran kepada penyerang timnas U-23 Indonesia di luar kotak penalti.”
“Sehingga Shen Yinhao memberikan tendangan bebas langsung untuk timnas U-23 Indonesia.”
“Namun wasit VAR menilai kalau hal tersebut dianggap sebagai suatu pelanggaran di dalam kotak penalti.”
“Mungkin semula wasit Shen Yinhao menganggap bahwa ada potensi penalti untuk timnas U-23 Indonesia, namun setelah melihat tayangan ulang berkali-kali menyatakan bahwa pemain Uzbekistan itu tidak melakukan pelanggaran.”
“Pemain Uzbekistan itu sukses melakukan tekel bersih attemp to play the ball.”
“Karena keputusan itu subjektif, maka wasit VAR kasih rekomendasi ke wasit lapangan untuk melihat tayangan ulang dari sudut lain.”
“Setelah melihat point of contact dari tayangan ulang, ternyata memang benar apa yang disarankan wasit VAR.”
“Wasit lapangan langsung mengubah keputusannya dari tendangan bebas timnas U-23 Indonesia langsung menjadi drop ball,” kata Jimmy Napitupulu.
Terakhir tentang Shen Yinhao yang menganulir gol Muhammad Ferarri pada menit ke-61.
Kata Jimmy Napitupulu, gol yang dicetak Muhammad Ferarri sama seperti pemain Korea Selatan ketika mencetak gol ke gawang timnas U-23 Indonesia.
Kala itu, posisi kaki dari pemain Korea Selatan offside sehingga wasit menganulir gol tersebut.
Nah, ini sama persis dimana kaki dari Ramadhan Sananta ternyata offside, sebelum Muhammad Ferarri cetak gol.
“Gol Ferrari sama halnya dengan gol Korea Selatan yang dibatalkan ketika melawan Indonesia, dimana pemain Korea Selatan yang berada pada posisi Offside, bergerak utk melakukan Challange For The Ball dengan pemain bertahan Indonesia, ini termasuk dalam Kategori Offside Interfering With an Opponent.”
“Demikian juga dengan Gol Ferrari yang dibatalkan, setelah wasit VAR memanggil wasit lapangan untuk On Field Review Sananta yang berada pada posisi Offside, juga bergerak untuk melakukan Challange for the Ball sehingga ketika bola diterima Ferrari dan berhasil mencetak gol, wasit VAR memanggil wasit lapangan untuk On Field Review dan akhirnya gol Ferrari dibatalkan dan hanya Offside Interfering With Opponent yang bisa dipanggil untuk On Field Review,” jelas Jimmy Napitupulu.
Dengan begitu, Jimmy Napitupulu memandang tiga keputusan kontroversial Shen Yinhao sudah tepat.
“Ya sudah tepat dan sudah sesuai Protokol VAR,” kata Jimmy Napitupulu.
Jimmy Napitupulu berharap masyarakat Indonesia harus bisa menerima keputusan pahit yang diambil Shen Yinhao.
Apalagi semuanya itu berasal dari VAR.
“Kita harap maklum dengan kecintaan masyarakat kita terhadap penampilan timnas U-23 Indonesia dari babak penyisihan hingga semifinal yang telah menunjukkan permainan sepakbola yang sudah sedemikian baiknya.”
“Namun jangan karena terlalu cinta kita jadi tidak bisa berpikir secara logika.”
“Teknologi VAR ini memang hal yang baru di sepakbola dan kita harap maklum dengan hal tersebut, sehingga memerlukan waktu utk mensosialisasikannya,” tutup Jimmy Napitupulu.