BinjaiNews – Mantan pemain Persija Jakarta ini mengatakan bahwa sebenarnya pemain Kalteng ini sudah tak menerima gaji dari ada yang selama dua bulan hingga tiga bulan.
Shahar dan 28 pemain lain mengaku tim Kalteng Putra tak membayarkan haknya yakni soal gaji.
Polemik ini mencuat dan jadi perbincangan memang setelah 29 pemain sepakat untuk menolak bermain karena belum juga menerima gaji.
Pemain berusia 33 tahun itu mengutarakan kronologi permasalahan penunggakan gaji tersebut hingga berujung dilaporkan ke polisi.
Shahar mengatakan bahwa persalahan penunggakan gaji ini sebenarnya sudah terjadi sejak November lalu.
“Kita saat itu memutuskan pulang karena setelah itu libur dan pelatih mengatakan baru mulai latihan pada tanggal 20-an sambil menunggu gaji dibayar.”
“Akan tetapi, sampai pergantian tahun, sampai kita akan menghadapi play-off degradasi, akhirnya tanggal 2 Januari kami baru menerima gaji dan manajemen mengirimkan bukti pengiriman,” jelasnya.
Namun, setelah menerima gaji pada 2 Januari itu kita berangkat ke Palangkara dengan uang kita sendiri.
Akan tetapi, yang membuat Shahar terkaget-kaget terkait hanya ada 13 pemain saja yang dibayarkan gajinya.
Sementara untuk pemain lain ada yang dilakukan secara bertahap, ada yang dua hari setelah tanggal 2 Januari hingga ada yang belum sampai sekarang.
Mantan pemain Persija itu bahkan mengaku bahwa gaji yang diterimanya itu tak semua, karena itu pembayaran untuk gaji bulan November, sedangkan yang Desember tidak mereka bayarkan.
“Awal dari situ kita bertanding melawan Cilacap, setelah itu ke Tegal, dari Tegal saya berbicara dengan sekertaris tim, saya berbicara dan kita akan membuat surat keputusan bersama, yaitu bila mana poin satu kita ingin bertemu CEO untuk duduk dan bermusyawarah mau dibawa kemana tim ini,” ucap Shahar.
Akhirnya surat itu diberikan setelah pemain Kalteng Putra bermain melawan Persipura pada 17 Januari 2024 dan pertemuannya berlangsung tanggal 18 Januari 2024, dan surat itu diberikan kepada manajemen.
Hal ini karena CEO bilang sibuk, sehingga yang datang manajer yakni Sigit Widodo dan dalam pertemuan itu tak berjalan sesuai harapan.
Shahar justru mengungkapkan bahwa tidak ada musyawarah atau memberikan solusi, malah manajer minta Shahar dan Jandia Eka Putra mengirim surat tersebut kepada CEO melalui Whatapps.
Setelah menunggu beberapa hari dan tak juga ada kepastian hingga tanggal 22 Januari 2024 untuk menghadapi Persipura pada babak Play-off pertemuan kedua.
Saat itu semua pemain, pelatih, hingga ofisial sudah datang, tetapi belum ada yang siap untuk menjalani pertandingan karena kita masih menunggu kepastian hingga pukul 13.30-an waktu setempat.
Namun, tak lama setelah itu, Shahar mengatakan ia ditelfon oleh Sigit Widodo dan dimengatakan bahwa CEO akan membayar gaji pemain tanggal 1 Februari 2024.
“Setelah keputusan itu kita berembuk dan bermusyawarah, dengan pemain. Saya tanya mereka mau bermain atau tidak? Dan semua jawab oke, kita main,” penjelasan Shahar.
Walaupun saat keputusan tersebut dibuat, para pemain pun sepakat membuat surat sepakat yang menekankan bahwa sebelum tanggal 25 Januari 2024, tepat sebelum berangkat ke Cilacap harus segera diselesaikan gajinya.
“Pada tanggal 22 Januari akhirnya kita main dan kita kalah, kita posting dihari H, setelah lawan Persipura, kita posting isi surat yang sudah kita berikan kepada manajemen,” kata Shahar.
Namun, saat para pemain kompak mengunggah isi surat terkait pemain Kalteng Putra yang ingin gajinya dibayarkan tanggal 25 Januari 2024.
Setelah unggahan tersebut ramai di media sosial, mess para pemain didatangi enam orang yang menanyakan situasi dan akhirnya dijelaskan oleh Shahar, sehingga orang ini pergi dan mencoba mengerti pemain.
Setelah menjelaskan didatangi enam orang pada 23 Januari 2024 dan dijelaskan bahwa hak mereka tak dibayar, semua memahami itu.
Tetapi tanggal 24 Januari, manajer berbicara dan mengatakan CEO marahpmarah akibat postingan tersebut hingga akhirnya mereka dilaporkan ke polisi karena pencemaran nama baik.
“Di dalam mobil dia bilang CEO Marah dengan memposting ramai-ramai dan dengan posisi lagi kalah, tetap kalian posting, dia bilang CEO terpukul dua kali dan ia akan melaporkan kalian ke polisi,” tutur Shahar.
“Kalian tidak mau main, akhirnya pak CEO marah dan akan melaporkan kalian ke Polisi.”
Saat ada pernyataan mau dilaporkan ke polisi Shahar sudah menanyakan solusi terbaiknya ke manajer.
Akan tetapi, justru ada tuntutan yang dinilai tak masih akal dan akhirnya berakhir pemain dilaporkan ke polisi.
“Saat saya tanya solusinya apa, dia bilang kita harus tetap bermain dan menang disisa dua match ini, dan saya bilang kita tidak bisa janji karena secara realistis pun kita main away, jadi walaupun kita fight kita tidak tahu seperti apa hasilnya. Terus masalah janji kita, bagaimana. Kita disuruh main dulu, menang dulu dan nanti akan dibantu push ke manajemen, CEO dan bisa bayar gaji kita,” kata Shahar.
“Saya sampaikan ke pemain di mess, tetapi semua sepakat tidak mau bermain. Namun, setelah itu justru Sigit menyuruh kita bubar dan tinggalkan Palangkaraya, karena ia tak bisa menjamin keselamatan kita.”
Buntut pernyataan tersebut, akhirnya pemain pun pulang dan masih ada yang tinggal di Mess.
Saat itulah pemain mendengar kabar bahwa pemain Kalteng Putra dilaporkan ke Polda karena pencemaran nama baik.