BinjaiNews – Sen kalah dari Jonatan Christie, 12-21, 21-10, 15-21. Hasil ini membuat Sen tertinggal 1-3 dalam rekor pertemuannya dengan Jonatan.
Terlalu banyak melalui pertandingan panjang merugikan pebulu tangkis 22 tahun itu.
Ini merupakan kekalahan beruntun pada semifinal bagi Sen selama dua minggu ketika ia bermain bulu tangkis selama 9 jam 19 menit dalam delapan pertandingan.
Dia menghabiskan rata-rata hampir 70 menit per pertandingan di lapangan.
Hanya satu dari delapan pertandingannya yang merupakan pertandingan dua gim ketika ia berhasil melewati Magnus Johannesen (Denmark) pada babak pertama All England Open 2024.
Kabar baiknya, hal ini menunjukkan seberapa besar peningkatan kebugaran fisik dan daya tahannya.
Kemenangan Sen dalam lima pertandingan penentu juga merupakan aspek yang telah ia tingkatkan dibandingkan tahun lalu.
Ke depan, dia ingin memperbaiki performanya dalam perebutan poin Olimpiade Paris 2024.
Ini adalah masalah yang Sen sadari dan ia mengakui bahwa kelelahan juga berperan dalam hal ini.
“Semua pertandingan yang saya jalani sangat panjang dan saya bisa merasakannya dalam pemulihan, dalam persiapan pertandingan keesokan harinya,” kata Lakshya di mixed zone BWF dilansir dari Indianexpress.
“Saya memulai dengan sangat lambat pada gim pertama, bahkan memimpin dengan baik dan kemudian tidak mampu memperbaiki ketika berhasil memaksa terjadinya rubber game.”
“Saya memenangkan beberapa di antaranya. Namun, saya tahu ada satu hal yang ingin saya tingkatkan, pertandingan dua gim langsung supaya saya sedikit lebih segar.”
Dalam kondisi terbaiknya, Sen biasanya memainkan pukulan net yang hanya melewati bagian atas net sehingga menyulitkan lawan untuk melawannya.
Melawan Jonatan yang juga memiliki permainan net yang solid, shuttlecock bergerak beberapa inci lebih tinggi dari yang dia inginkan pada gim pembuka.
Ini memberi kesempatan Jonatan untuk berulang kali menghukumnya dengan pukulan jarak dekat.
“Sampai saat ini, saya cukup kecewa dengan hasilnya. Tetapi secara keseluruhan, cara saya bermain dua pekan terakhir, pastinya saya punya level untuk berada di atas dan menang di turnamen besar,” tutur Sen.
Impian untuk menjadi lebih baik dari yang ia capai pada 2022 dan menyamai pencapaian mentornya, Prakash Padukone tidak terwujud kali ini.
“Saya pasti akan duduk santai dan berdiskusi dengan pelatih saya. Saya mencoba menganalisis dua minggu dengan lebih baik karena sampai sekarang saya hanya fokus pada pertandingan berikutnya setelah setiap pertandingan.”
“Sekarang saatnya untuk merenung, dan menonton kembali pertandingan-pertandingan itu. Ambillah hal-hal baik dan teruslah belajar dari kesalahan yang terjadi,” kata Lakshya Sen.