BinjaiNews – Viktor Axelsen tersandung di hadapan Anthony Sinisuka Ginting dalam duel sesama unggulan di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Sabtu (16/3/2024).
Pertandingan harus berakhir dengan drama yang menguras emosi Axelsen.
Pertemuannya dengan Anthony Ginting untuk ke-18 kalinya harus ditutup dengan kekalahan yang menyesakkan bagi sang raja bulu tangkis dunia.
Peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 itu tumbang dengan skor akhir 21-8, 18-21, 19-21 dari Ginting sekaligus memperpanjang puasa gelarnya pada tahun ini.
Sedangkan bagi Ginting, itu adalah kemenangan pertamanya atas Axelsen sejak semifinal Indonesia Masters 2020. Dalam 11 pertemuan berikutnya, dia selalu kalah.
Adapun momen kontroversial terjadi pada fase krusial gim ketiga alias gim penentuan ketika kedudukan imbang 18-18.
Ginting yang sempat unggul 18-12, terkejar 6 poin beruntun oleh Axelsen.
Pada reli berikutnya, netting dari Axelsen yang bergulir tipis di net disambar langsung secara cepat oleh Ginting. Bola masuk, dan poin untuk Ginting dengan kedudukan 19-18.
Namun, Axelsen tidak terima. Dia merasa Ginting melakukan fault.
Dari sudut pandangnya, shuttlecock belum melewati net. Sedangkan dari pandangan Ginting, shuttlecok sudah berada di areanya dan berhak untuk disambar.
Wasit Fabio Betto asal Italia sendiri tidak meniai adanya pelanggaran atau fault dari Ginting. Poin ke-19 jatuh duluan ke wakil Merah Putih.
Axelsen spontan berteriak dan membuat gesture tak terima dengan tangannya sembari melihat ke bangku pelatihnya, Henrik Rohde.
Kemarahan Axelsen masih terlihat setelah laga. Dia sempat berbicara dengan tatapan tajam kepada Ginting saat bersalaman.
Kekecewaan Axelsen makin terlihat saat dia meninggalkan lapangan duluan, alih-alih menunggu Ginting dan wasit dalam barisan.
Kepada media Denmark, Axelsen kemudian menumpahkan semua amarahnya pasca-laga tersebut.
“Tentu saja sangat sedih dan frustrasi (atas insiden itu). Ini benar-benar disayangkan, sangat-sangat disayangkan sekali,” katanya penuh kekecewaan.
Axelsen menjelaskan bahwa sejatinya kebugarannya dia agak kurang oke. Tapi dia merasa masih punya peluang untuk memenangkan laga hari ini.
Malang bagi jagoan asal Odense tersebut, insiden kontroversial itu mengubah segalanya.
“Saya minta maaf tentang level performa saya. Saya tidak merasa dalam kondisi bagus,” ucap Axelsen menambahkan.
“Namun, saya punya peluang untuk menang dan tentu saja saya sangat menyesalkan atas kejadian di akhir,” jelasnya.
“Entahlah… kalau misalnya tadi itu bukan fault, itu benar-benar gila. Berarti saya yang buta, mungkin saya harus ke Louis Nielsen (toko kacatama di Denmark, red),” sindir Axelsen.
“Jelas sekali bolanya belum melewati net, saya melihatnya,” kata Axelsen memberikan versi pandangan dia.
“Tapi ya sudah lah, begitulah permainan.”
“Kadang ada yang tidak sesuai dengan harapan kita. Dan hari ini itu tidak sesuai untuk saya. Tentu disayangkan itu terjadi di kedudukan 18-18, di perempat final turnamen All England.”
Ironi bagi Axelsen karena kekalahan tersebut membuat dia kembali harus menahan gelar juara pada awal tahun 2024.
Sampai bulan ketiga tahun kompetisi baru, dia masih belum juga naik podium tertinggi. Axelsen baru akan kembali bertanding saat Kejuaraan Eropa pada bulan depan.
Sementara bagi Anthony Ginting, kemenangannya atas si nomor wahid membuat dia mengukir sejarah pribadi dengan pencapaian terbaik selama kiprahnya mengikuti All England Open.
Ginting juga menjadi tunggal putra Indonesia pertama dalam 15 tahun terakhir yang berhasil melangkah ke semifinal All England Open.
Pemain asal Cimahi itu mengikuti jejak seniornya di SGS PLN Bandung yaitu Taufik Hidayat yang terakhir kali melakukannya pada edisi 2009.