BinjaiNews – Kemenangan pebulu tangkis berusia 30 tahun itu pada final yang berlangsung di Utilita Arena, Birmingham, Inggris, Minggu (17/3/2024) akan dikenang sebagai kemenangan terbesarnya sejak operasi keduanya, tiga tahun lalu.
Bertahun-tahun sejak comebacknya, ia telah mencapai final turnamen besar, termasuk Kejuaraan Dunia 2024 dan BWF World Tour Finals 2023.
Namun, Marin harus puas menempati posisi sebagai runner-up.
Marin mengalahkan Akane Yamaguchi (Jepang) pada partai puncak. Yamaguchi sebelumnya berhasil melewati semifinal yang melelahkan selama 82 menit oleh An Se-young (Korea Selatan).
Dampak dari laga tersebut, Yamaguchi menyerah setelah gim pertama dengan Marin memimpin 26-24, 11-1.
Namun, gim pertama memberikan contoh yang cukup tentang keberanian dan kemampuan bertarung Marin.
Hal ini membuatnya kembali berada di antara para elite setelah cedera yang membuat sebagian besar pemain keluar dari performa terbaiknya.
Yamaguchi memperoleh keunggulan pada kedudukan 20-17 pada gim pertama.
Marin tidak pernah melepaskan serangannya bahkan ketika berada di bawah tekanan, tembakannya seperti laser.
Kalah pada gim pertama, masalah fisik Yamaguchi terlihat jelas dan ia berhenti. Marin lalu berlari ke tribun penonton dan memeluk ibunya.
Peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 itu menitikkan air mata kebahagiaan usai meraih gelar tunggal putri meski melalui final antiklimatis pada All England.
Marin yang juga pernah mengalami masalah cedera di masa lalu, menyesal melihat lawannya kebobolan dalam pertandingan tersebut. Namun, tetap senang dengan kemenangannya.
“Saya ingin berterima kasih kepada Yamaguchi atas permainan yang luar biasa,” kata Marin dilansir dari The Star.
“Saya ingin mengucapkan selamat kepadanya dan saya minta maaf karena dia cedera. Saya berharap dia cepat sembuh.”
“Sudah sembilan tahun. Sekarang saya kembali memenangkan gelar ini dan saya sangat bahagia. Ini sangat berarti bagi saya karena ini adalah minggu yang sangat berat.”
“Ada banyak hal yang perlu saya tingkatkan dan saya bangga kepada diri saya sendiri,” ujar Marin.
“Saya merasa sangat bahagia. Begitu banyak emosi di dalam, tim saya, ibu saya di sini. Saya tidak percaya saya memenangkan All England.”
“Saya merasa sangat bangga pada diri saya sendiri, saya pikir saya telah membuat minggu yang luar biasa. Ini bukan tentang kemenangan, tetapi ini tentang bagaimana saya terus bekerja selama seminggu.
Menurut Marin, yang terpenting dalam laga tersebut adalah dia terus berjuang hingga akhir.
“Dia (Yamaguchi) memimpin pada gim pertama, 20-17, dan saya ingin terus melaju, bukan memikirkan skornya,” aku Marin.
“Seperti yang saya katakan kemarin, jika dia harus mengalahkan saya, dia harus bekerja keras.”
“Inilah yang saya tunjukkan hari ini. Saya tetap fokus pada hal-hal yang harus saya lakukan dalam rencana permainan saya, saya tidak memikirkan skor.”
“Ini adalah minggu yang sulit. Di awal minggu saya melakukan percakapan yang sulit dengan pelatih saya, hal-hal yang harus saya tingkatkan.”
“Ini tentang melakukan hal yang benar pada saat yang tepat, dan empat pertandingan terakhir sangat sulit, namun secara mental saya sangat fokus pada hal-hal yang ingin saya tingkatkan,” tutur Marin.
Sementara itu, Yamaguchi yang baru kembali berkompetisi setelah rehat cedera merasakan cedera saat pertandingan.
“Saya merasakan sakit di pinggul kanan saya,” kata Yamaguchi.
“Saya baik-baik saja saat pagi. Selama pemanasan saya merasa normal, namun setelah beberapa reli pertama saya mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres,” aku Yamaguchi.
“Saya hanya melakukan apa pun yang mungkin. Saya berhasil membawanya ke game point, tetapi dari situ saya tidak bisa menerobos.”
“Mungkin jika saya mengambil gim pertama akan lebih sulit bagi saya untuk mengambil keputusan untuk mundur, tetpi saya merasa sulit untuk bergerak.”